Halaman

Selasa, 15 November 2011

MENGENAL KEUNIKAN “ TAMPAR URUNG “ (Sebuah catatan wisata putra Lunyuk) Oleh : Akhir Fakhruddin


Bila kita berkunjung ke Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB), kita tidak hanya disuguhkan oleh keindahan panorama alam yakni hutan yang masih alami atau bahkan keindahan pantai selatan yang memiliki pasir putih yang masih belum di optimalkan keberadaannya, akan tetapi banyak hal yang bisa kita temukan dari Kecamatan paling selatan Sumbawa itu. Sebut saja objek wisata Batu Pampang dan pasir putih di wilayah Desa Emang Lestari, keunikan Batu Asa di Dusun Sukajaya Desa Lunyuk Rea yang merupakan lambang historis keperkasaan masyarakat Lunyuk pada zaman dahulu serta objek wisata Tampar Urung yang saat ini belum banyak diketahui oleh masyarakat Lunyuk dan masyarakat di luar Kecamatan Lunyuk.
Dikalangan masyarakat Lunyuk keberadaan Tampar Urung yang memiliki potensi wisata danau yang diyakini mampu untuk dijual keindahannya tidak terlalu diketahui oleh masyarakat banyak, akan tetapi sebagian warga masyarakat di Desa Jamu telah mengetahuinya sejak dahulu kala.

Apa sih Tampar Urung itu ?

Secara etimologis,  kata “Tampar Urung”  berasal dari bahasa Samawa yang memiliki pengertian “Tampar” berarti daratan luas dan “Urung” berarti tertunda atau tak jadi dan tak sempat. Apabila disatukan kata Tampar Urung maka dapat disimpulkan pengertiannya adalah sebuah daratan luas yang proses terbentuknya sempat tertunda.
Adalah sebuah sungai yang berbentuk danau  maka itulah pemandangan yang bisa kita lukiskan tentang “Tampar Urung”. Adanya lokasi tersebut mengundang banyak “Tuter” (Cerita rakyat samawa) dari kalangan masyarakat Desa Jamu Kecamatan Lunyuk yang menjadi tempat lokasi Tampar Urung. Salah satunya cerita yang datang  dari masyarakat lokal Dusun Jamu mengisahkan bahwa lokasi “Tampar Urung”  dulunnya merupakan daratan yang dilalui oleh lautan, namun karena keadaan alam  maka lautan tersebut berubah menjadi sebuah sungai yang berbentuk danau. Konon perubahan tersebut terjadi karena berkokoknya ayam betina berwarna hitam.
Selain cerita tentang adanya ayam betina berkokok, ada juga yang mengatakan bahwa terbentuknya “Tampar Urung” bukan karena berkokoknya ayam betina berwarna hitam, melainkan disebabkan oleh Gempa Bumi dan Tsunami yang terjadi di Kecamatan Lunyuk pada tanggal 20 Agustus  tahun 1977 yang mengakibatkan gelombang sepanjang 5-10 meter menghantam daratan Ai Ketapang dan sebagian wilayah Emang Lestari termasuk di wilayah Desa Jamu loka yang menjadi lokasi Tampar Urung.
Adanya perbedaan tentang asal mula terbentuknya tampar urung saat ini masih menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Kecamatan Lunyuk, namun perbedaan persepsi tentang terbentuknya sungai berbentuk danau tersebut tidak menjadi persoalan berarti, melainkan sebuah keunikan tersendiri. Namun dibalik perbedaan tersebut, cerita tentang Tampar Urung tetap menjadi sesuatu yang  menarik untuk diceritakan oleh “Tau Loka” (orang-orang tua) Desa Jamu kepada putra-putrinya. Hingga kini tidak ada yang bisa memastikan asal mula terbentuknya sungai berair asin tersebut.

Apa Keunikan Tampar Urung?

Apabila anda berkunjung ke Kecamatan Lunyuk dan menuju Desa Jamu untuk melihat langsung lokasi Tampar Urung, maka anda akan terkejut dengan keindahannya. ketertarikan yang bisa dilukiskan oleh para pengunjung lokal yang datang adalah merasakan air jernih seperti air tawar  namun rasanya yang asin serta keheranan pengunjung karena lokasinya yang berada di atas perbukitan dan jauh dari lautan. Secara logika  perasaan heran akan terus menyelimuti karena baru menemukan air asin yang berada diatas bukit, karena biasanya air asin berada di dataran rendah.
Selain keunikan rasa, lokasi Tampar Urung juga memiliki keunikan dimana ditengah sungai berbentuk danau tersebut terdapat pancoran air seperti semburan lumpur lapindo di Sidoarjo dan mirip seperti pancoran air yang terdapat di  Bundaran Hotel Indonesia Jakarta.
Apabila dilihat dari aliran air yang menuju ke Lokasi Tampar Urung, tidak ada aliran air yang berasa dari lautan karena  semuanya berasal dari “Kokar” (Aliran air) dari pegunungan serta aliran “Brang Jamu dan Brang Pekasa” (Sungai Jamu dan Sungai Pekasa).

Pantangan Yang Tidak Boleh Dilakukan!

Dibalik keindahan panorama “Tampar Urung”, terdapat beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan apabila kita berkunjung ke sana, pantangan tersebut yakni melempar batu dan kayu serta benda-benda lainnya ke arah danau. Konon apabila hal tersebut dilakukan maka si pelempar akan terjatuh sakit dan bahkan meninggal dunia. Pantangan tersebut masih menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat Jamu Loka untuk tidak dilakukan, karena sebelumnya pernah tersimpan cerita  bahwa dahulunya ada dua orang lelaki tua yang sempat menangkap ikan di lokasi Tampar Urung, namun karena tidak mendapatkan hasil apa-apa, akhirnya salah satu rekan pencari ikan melempar danau dengan kayu dan batu. Namun setibanya di kampung halaman, lelaki tersebut jatuh pingsan dan mengalami sesak nafas yang luar biasa hingga meninggal dunia.
Kisah tersebut memang misterius, namun hikmah yang dapat kita petik adalah menjaga kelestarian dan keindahan Tampar Urung bukan sebaliknya merusak, dan mengotori tempat tersebut.

Harapan masyarakat akan Tampar Urung!

Sampai saat ini lokasi Tampar Urung tetap menjadi sebuah keunikan dan kebanggan  tersendiri bagi masyarakat Kecamatan Lunyuk, namun hingga saat ini ada beberapa kendala yang masih belum bisa dituntaskan pemerintah yakni akses transportasi menuju lokasi yang masih belum baik, karena hingga saat ini kendaraan roda dua maupun empat belum bisa menuju ke lokasi karena hingga saat ini  para pengunjung hanya dapat berjalan dengan menempuh jalan setapak sepanjang 2 Km untuk menuju ke lokasi dengan limit waktu perjalanan  selama 30 menit. Harapan agar akses jalan menuju lokasi untuk segera diperbaiki sangat berarti bagi masyarakat Desa jamu secara khusus dan masyasrakat Lunyuk secara umum, karena hal tersebut dapat mengundang wisatawan asing maupun lokal berkunjung dan melihat pemandangan di Tampar Urung.

Penulis  adalah Mahasiswa Akademi Keperawatan (Akper) Samawa dan Ketua Ikatan Mahasiswa Lunyuk- Sumbawa (IMLS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar