Halaman

Kamis, 26 Januari 2012

TULISAN AINK


MEMAKNAI PESAN YANG HILANG DALAM REFLEKSI TAHUN BARU
OLEH : AKHIR FAHRUDDIN
            Euforia pergantian tahun 2011 menuju tahun baru 2012 dimaknai oleh beragam cara dan prilaku kaum muda di era modernisasi ini, prilaku konsumtif ketika pergantian tahun baru kerap kali muncul dalam benak dan pikiran sebagai cara merayakan sekaligus mengenang kisah-kisah dari masa lalu yang penuh dengan kenangan dan penyesalan menuju tahun baru yang penuh dengan harapan dan impian.
            Dikalangan anak-anak muda yang tinggal di pedesaan, memaknai pergantian tahun baru umumnya dilakukan dengan cara yang sederhana, mulai dari mengaji, mendengarkan ceramah dari guru agama atau guru ngaji, serta ber tafakkur merenungkan sikap dan tindakan yang dilakukan di tahun sebelumnya sebagai modal perbaikan diri di tahun mendatang. Sikap yang ditunjukkan oleh kaum muda di pedesaan itu memiliki nilai yang sangat tinggi untuk dimaknai sekaligus direnungkan oleh para kaum muda di perkotaan yang 80 persen merayakan pergantian tahun baru dengan cara yang mereka anggap baik  namun oleh sebagian kalangan menganggapnya kurang positif seperti aksi kebut-kebutan menggunakan motor, menyalakan petasan dan kembang api, duduk berduaan dengan kekasih serta cara-cara lain yang tidak mendukung terbentuknya perubahan prilaku dari yang negatif  ke yang positif.
            Memaknai pergantian tahun baru sebenarnya harus direfleksikan dengan cara-cara yang baik sehingga makna pergantian tahun akan lebih hikmat, hal itu cenderung dimaknai oleh para orang tua, tokoh agama dan tokoh masyarakat, namun tidak menyentuh kalangan muda yang notabene nya adalah generasi penerus bangsa. Sebenarnya ada kesalahan dalam transformasi ilmu dari kalangan tua ke kalangan muda tentang sikap dan cara memaknai pergantian tahun sehingga menimbulkan beragam warna dan corak perayaan tahun baru di berbagai wilayah dan daerah. Para orang tua dan pengajar saat ini cenderung lebih menekankan pada aspek teori dari pengembangan prilaku dan transformasi ilmu kaum muda, namun dalam aspek aplikasi ilmu masih dirasakan belum maksimal. Hal itulah yang mungkin menjadi salah satu penyebab hilangnya kebiasaan baik dari kaum muda itu sendiri.
            Rasulullah SAW pernah berpesan seribu tahun yang lalu kepada manusia untuk senantiasa “ mengejar kehidupan dunia seolah-olah manusia tidak akan pernah merasakan mati dan diperintahkan untuk mengejar kehidupan akhirat seolah-oleh manusia akan mati esok hari “.  Apa pesan yang dapat kita ambil dari makna perkataan rasul tersebut…….? Tentu kita boleh memaknainya dari sudut pandang yang berbeda, namun secara universal pesan dari perkataan tersebut memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa mengingat dan melaksanakan amalan-amalan  untuk akhirat sebelum lebih jauh larut dalam kenangan manis duniawi yang  sesaat dan tidak membuat manusia merasa puas. Memang  terasa sulit untuk bisa merubah paradigma berfikir di kalangan muda saat ini, namun  transformasi ilmu secara terus menerus akan bisa merubah prilaku itu meskipun butuh kesabaran untuk diterapkan.
            Berbicara mengenai pesan yang hilang dari makna pergantian tahun baru, saya memiliki kisah menarik tentang seorang remaja yang dengan penuh pengharapan meminta uang kepada orang tuanya untuk memenuhi keperluan kuliah namun pada kenyataannya uang kiriman tersebut digunakan untuk berfoya-foya membeli minuman keras, rokok serta hal-hal yang tidak bermanfaat di saat malam pergantian tahun baru. Mereka tidak memikirkan bagaimana orang tua dengan susah payah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kuliah, namun disia-siakan oleh anak mereka sendiri. Kisah tersebut merupakan suatu gambaran dari gagalnya transformasi ilmu dari orang tua ke anak.
            Sudah saatnya generasi muda merubah prilaku memaknai pergantian tahun baru dengan hal-hal yang positif dan lebih bermakna, karena dampak dari prilaku positif akan membawa sesorang untuk terus bersikap dan berfikir positif selain itu tradisi memeriahkan pergantian tahun juga akan lebih memiliki makna dan pesan untuk mengevaluasi diri, introspeksi diri dan bukan sekedar jalan-jalan, kebut-kebutan serta bermain petasan.
Penulis adalah Mahasiswa Akper Samawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar